Selasa, 12 Maret 2013

TRADISI Musim Semi di Jepang

Tradisi Unik Saat Musim Semi Jepang 

Jalan-jalan di Jepang, memang tak lengkap rasanya bila belum menikmati keindahan Tokyo. Atau kalau kamu berminat dengan anime, kamu bisa sempatkan untuk melihat kekreatifan warga Jepang dalam membuat cosplay.
Dan berikut adalah hari hari unik saat Musim Semi:


 Hari Ekuinoks Musim Semi (春分の日 (Shunbun no hi) / Vernal Equinox Day)
adalah hari libur resmi yang ditetapkan dengan undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) tahun 1948 sebagai rasa terimakasih kepada alam dan mencintai makhluk hidup. Hari libur ini jatuh pada tanggal 20 atau 21 Maret. Pada hari itu, panjangnya siang sama dengan panjang malam. Menurut berbagai aliran Budha, pada hari itu merupakan saat memulai upacara Shunki Higan-e (higan musim semi) untuk mendoakan para arwah leluhur.
Hari Pergantian Musim (節分 (Setsubun)
Dilaksanakan pada hari yang terjepit antara musim dingin dan musim semi. Di setsubun ini, ada tradisi melempar kacang kedelai untuk mengusir hantu (鬼 oni). Di kuil-kuil Shinto diadakan upacara melempar-lempar kacang kedelai yang juga dilakukan oleh bintang tamu orang-orang terkenal. Di rumah-rumah orang Jepang, kacang kedelai dilempar-lemparkan sambil mengucap mantera (Hantu ke luar, rezeki ayo ke dalam! (鬼は外、福は内!:  Oni wa soto, fuku wa uchi!). (id.wikipedia.org)
Sakura dan Hanami
Hanami atau Ohanami adalah tradisi Jepang dalam menikmati keindahan bunga, terutama bunga Sakura. Kalau kamu pernah membaca Doraemon ataupun Shincan, mungkin pernah melihat gambar tentang tradisi unik ini. Biasanya, para keluarga atau kerabat, berkumpul dan berekreasi sambil menggelar tikar. Mereka biasanya menggelar tikar dan membawa bekal berupa bir/sake (yang disimpan dalam kotak berisi es batu) dan bento.
Festival di Musim Semi
Di musim semi, biasanya ada festival besar yang diadakan. Diantaranya Hina Matsuri dan Omizutori Matsuri yang diadakan di Kuil Todai, Nara, setiap 12 Maret. Kuil Senso di Tokyo juga menggelar pertunjukan kinryuu no mai (mirip naga yang dimainkan saat Imlek) tanggal 18 Maret. Pada festival ini ditampilkan hampir 100 penari dan pembawa naga yang diiringi alunan musik tradisional shamisen dan taiko.
Sebagai wujud ucapan syukur pada para dewa atas datangnya musim semi dan awal menanam padi, beberapa kuil Shinto mengadakan festival di bulan April. Misalnya Festival Oukasai di Kuil Kotohira-gu, Prefektur Kagawa. Pada festival ini para biksu dari kuil mengusung sakura yang ditanam pada pot kotak berbentuk kayu dari luar kuil hingga ke dalam kuil. Sementara para miko membawa sakura lalu menari tarian tradisional. Ada juga Hikiyama Matsuri di Kuil Hachiman-gu, sebuah festival yang mengadakan pertunjukan kabuki dan kyogen yang dibawakan anak-anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar